Di akhir tahun 2008 ini, tepatnya pukul 15.30 s/d 17.00 bertempat di gedung Labschool Rawamangun, saya mendapat pelajaran yang sangat berharga, dari Bapak Rosiman, Wakil Kepala SMP Labschool Rawamangun. Ketika orang sibuk mempersiapkan pesta akhir tahun, melepaskan penat, menghabiskan sedikit uang, mungkin juga banyak, terbukti dengan semakin banyaknya kendaraan menuju pusat kota, ketika hari menjelang malam.
Saya berusaha memaparkan kepada beliau, tentang ketertinggalan pendidikan kita dengan dunia maju, tentang persaingan yang semakin ketat, tentang perubahan pendidikan kita yang sangat lambat. Pesimis akan keberhasilan dunia pendidikan dalam menjawab tantangan zaman, dan kegalauan saya terhadap sikap guru yang sulit diajak maju.
Dengan bijaksana beliau berusaha meluruskan, memberikan sudut pandang yang sangat berbeda, dan memberikan arahan dengan pelan namun pasti, yakni, sisakan sikap optimisme dalam diri kita, untuk keberhasilan pendidikan kita.
Masih menurut beliau, keadaan bangsa kita sekarang, adalah potret pendidikan beberapa waktu yang lalu, dan apabila kita ingin merubah keadaan bangsa kita di masa yang akan datang, tidak perlu memaki potret pendidikan kita sekarang. Kita benahi, bukan kita sesali, kita berikan motivasi yang terus menerus kepada seluruh jajaran pendidikan, bukan berkeluh kesah tiada henti. Kita harus merubah cara pandang mereka terhadap pendidikan, kita buka mata mereka terhadap pendidikan, dengan diskusi, ceramah, workshop, seminar dan pelatihan. Apa bila memungkinkan, beri mereka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menggiring mereka, seperti menggiring kawanan sapi dari kandangnya untuk makan, setelah selesai, kita masih mempunyai tugas, yakni menggiringnya untuk kembali ke kandang. Mungkin prosesnya masih jauh dari mandiri, namun ini harus tetap kita mulai, kita ajak mereka untuk maju, jangan ditinggalkan. Seburuk apa pun potret pendidikan kita hari ini, tetaplah optimis, tetaplah berbuat, mulai dari lingkungan terkecil, mulai dari kelas, teman sejawat, sekolah, orang tua murid, dan akhirnya, kita ajak masyarakat untuk membenahi ini semua.
Saya sangat terkesan, dengan semangat perubahan yang disampaikannya, kata-kata “berbuat” selalu terngiang di telinga saya. Karena cara pandang yang saya anut sebelumnya adalah, menilai kemajuan seseorang atau masyarakat, dapat kita nilai dari bagaimana ia memandang ilmu, memandang sekolah dan bidang-bidang yang menyangkut peningkatan pendidikan. Apabila memandang rendah, maka orang ini adalah orang yang tidak berkembang. Buta huruf di zaman dahulu, adalah yang tidak mampu baca tulis, pintu komunikasinya tertutup terhadap dunia luar, kecuali secara verbal. Di zaman sekarang, buta huruf adalah, orang tidak mengerti akan teknologi, pintu komunikasi terhadap dunia luar pada saat ini, tidak terlepas dari teknologi, mungkin orang yang tidak dapat menggunakan komputer, termasuk buta huruf pada saat ini, Bukan lagi secara harfiah.
Melek teknologi sama dengan melek informasi, melek informasi sama dengan tahu perkembangan, dan pada akhirnya, mengerti apa yang harus diperbuat. Menjadi subjek terhadap lingkungannya, bukan objek dari lingkungannya. Tidak perlu malu untuk belajar, karena belajar adalah cara yang paling cepat untuk maju, jangan malu mengakui kekurangan, karena ketika sadar akan kekurangan diri sendiri, akan memacu kita untuk maju. Tidak perlu alergi terhadap kritik, selama kritik ini membuat kita maju, apa salahnya? Kecuali kritik yang kita terima, adalah kritik yang mematikan, maka itu adalah pembunuhan, tidak perlu didengar, abaikan saja.
Sekali lagi, guru memegang peranan penting dalam perubahan dunia pendidikan kita, agent of change, tidak satu profesi pun yang dapat merubah wajah dunia ini lebih cepat ke arah perbaikan, kecuali guru. Maka, peningkatan kualitas guru sudah merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Pembenahan melalu pendidikan, melalui pelatihan, melalui tukar pendapat, sharing ilmu di berbagai forum. Pemerintah telah melakukan pembenahan yang sangat fundamental, yakni perbaikan pendapat guru. Tidak ada lagi alasan ketertinggalan peningkatan kualitas guru, terhambat oleh minimnya gaji guru. Rasanya, kita tidak lagi mau mendengar, guru kita nyambil ngojek, untuk menutupi kekurangan biaya hidupnya, mengajar dibanyak tempat, sehingga terkuras waktu dan energinya, mencari seseran yang kurang enak didengar di telinga. Kita sudahi penderitaan guru, walaupun belum semua.
Walaupun disana sini masih terlihat kekurangan dana pendidikan, namun disebagian tempat, dana pendidikan mungkin sudah tidak bermasalah. Sudah saatnya kita masuk di jalur cepat, tidak lagi menunggu arahan dan memperpanjang proses. Segerakan, bangsa ini sudah lagi tertinggal.
Ini adalah kado terindah di penghujung 2008, untuk saya dan kita semua, semoga.
Terima kasih Bapak Rosiman, terus berjuang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar