Bukan sok bergaya seperti Martin Luther King, yang berkata “I Have a dream, that my four little children .... will..., I have a dream”. Dimana dia menyampaikan dengan begitu berapi-api ditengah demo terbesar yang pernah ada di Amerika serikat. Tanpa bermaksud mendeskriditkan orang lain, dia selalu memproklamirkan, memiliki mimpi, suatu saat, 4 orang anaknya akan sekolah, sama rata dengan yang lain.
Rasanya saya juga mempunyai mimpi, tapi tidak sedahsyat Martin Luther King. Saya bermimpi, sekolah menjadi rumah kedua bagi ketiga anak saya. Saya bermimpi, ketika mereka datang di sekolah disambut dengan senyuman yang paling manis oleh para guru yang menanti di sekolah. Suatu saat nanti, semua anak datang ke sekolah dengan semangat yang tinggi, datang dengan penuh keinginan untuk bertemu dengan semua guru di sekolah.
Ketika senyum seorang guru menjadi bahasa yang paling dipahami oleh para murid, maka tidak ada satu kata pun yang dapat menggantikannya. Kebersamaan mereka akan terasa indah, keceriaan mereka akan mengisi hari-hari mereka belajar.
Ketika seluruh mall berlomba-lomba menarik seluruh pengunjung dengan SPG (sales promotion girl) berada di bagian paling depan setiap mall, dengan senyuman yang paling manis ia miliki. Tak terbayangkan, sejak jam 9 pagi, sampai jam 8 malam, mereka sanggup tersenyum. Untuk siapa saja yang mereka temui, tanpa pernah mau menunjukkan keletihan yang telah ia alami, namun senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya.
Marketing asuransi, marketing rumah, marketing alat dapur, dan seluruh marketing yang berkeliaran di sekeliling kita saat ini, semuanya telah terlatih untuk senyum yang terbaik. Mereka terlatih untuk selalu melayani dengan ramah dan penuh kesabaran. Rasanya, seluruh permasalahan kita menjadi ringan ketika kita berhadapan dengan mereka.
Namun, senyuman menjadi mahal harganya ketika di mulut guru. Seorang guru takut hilang wibawanya jika banyak tersenyum. Takut dinilai kurang baik, bila banyak menyapa orang. Sementara nabi kita mengatakan: senyum adalah sedekah.
Bagaimana seorang murid akan merasakan kehangatan di tengah guru mereka, jika guru saja terlalu perhitungan untuk tersenyum. Malu mengungkapkan rasa sayang mereka kepada murid, dengan teguran-teguran yang bersahabat, yang membuat murid merasa dihargai dan disayangi.
Tersenyumlah, wahai guruku! Ciptakan kehangatan dilingkungan sekolah, mereka para anak-anak kami, juga adalah anakmu. Jadikan sekolah menjadi rumah kedua mereka. Ketika mereka merasa sekolah telah menjadi rumah kedua mereka, maka mereka akan menceritakan segalanya, tentang keinginan, tentang masa depan, tentang bagaimana mereka ingin hidup.
Bukankah ini yang selalu kita cari. Ketika motivasi mereka tumbuh dengan baik, rasa ingin tahu membara dalam diri mereka, semangat hidup akan mengarahkan mereka kepada ilmu yang selalu mereka cari. Kita akan memetik buahnya, kita tinggal mengarahkan mereka, mereka akan mencari sendiri untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka.
Langkah ini semua, dimulai dari senyummu. Saya bermimpi, suatu hari nanti, anak bangsa ini belajar di rumah kedua mereka, yaitu sekolah.
I have a dream....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar