Kamis, 11 Desember 2008

Pondasi

Awal tulisan ini adalah, karena banyaknya pertanyaan yang terlontar di dalam pikiran, kenapa ekonomi dunia sekarang ambruk, pasti ada sesuatu yang sangat asasi yang telah kita lupakan,.atau sesuatu yang sangat fundamental telah ditinggalkan.

Pertanyaan lain juga ikut minta perhatian. Kenapa bangsa kita yang telah lebih dahulu terpuruk karena masalah ekonomi pada tahun 1997, harus ikutan juga dengan krisis dunia. Krisis pertama, karena kita salah urus, karena kita ga tahu harus bagaimana ngatur negara ini supaya maju, sejak keluar dari penjajahan bangsa lain, kita malah masuk ke wilayah penjajahan bangsa sendiri. Wal hasil kita kena kali ke dua pukulan yang mematikan.

Dalam bahasa ilmiah, kita sering menyebutnya, “kemengapaan”. Mengapa sesuatu terjadi, apakah sesuatu terjadi karena terjadi sendiri, atau sesuatu terjadi pasti karena ada penyebabnya. Sederhananya, selaku orang yang memiliki pikiran, kita akan menolak negara kita hancur tanpa ada sebab. Sulit diterima akal sehat, negara yang berlimpah ruah dengan kekayaan alamnya, namun memiliki hutang yang begitu besar. Negara yang sudah memiliki banyak orang pintar, perguruan tinggi yang bagus, rakyat yang penurut, namun sangat melarat dalam ekonomi dan kehidupan.

Pasti, ada yang salah dalam tata kelola negara ini, sejak dari perencanaan sampai pada tahap evaluasi. Dan yang lebih pasti lagi adalah, kesalahan pada tingkat yang paling mendasar, yakni pondasi yang rapuh.

Pondasi adalah sesuatu yang sangat-sangat vital dalam tegaknya segala sesuatu. Kita dapat bayangkan, ketika mendirikan sebuah bangunan, maka pondasi harus menjadi perhatian utama, seberapa pun tinggi gedung yang akan kita bangun, selama pondasinya sesuai dengan perhitungan, maka Insya Allah gedung tersebut akan aman. Sayangnya, pondasi tidak terlihat, dia berada dibawah permukaan. Sehingga banyak orang kurang memperhatikan pondasi dalam membangun sesuatu, malah cenderung mengakali.

Kenapa orang tidak mau makan atau minum secara sembunyi-sembunyi ketika berpuasa, karena dia tahu Allah Maha Melihat, sehingga jika dia berpuasa, walau semua orang tidak tahu, namun dia tidak akan berbuka. Kesadaran yang menyatakan, bahwa Allah Maha Melihat adalah pondasi dalam beragama, keyakinan kita bahwa Allah adalah Esa membuat kita tidak meminta kepada selain Dia dan tidak berbuat syirik, Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana sehingga ketika kita meminta padaNya kita yakin dapat dikabulkan. Apabila pondasi beragama sudah tertanam dengan baik, maka kita dapat berasumsi, bahwa yang bersangkutan akan taat menjalankan agama, apabila dia taat menjalankan agama, maka dia akan menjadi baik.

Setiap bidang memiliki pondasi, seperti halnya bangunan dan agama. Mengharapkan hasil dari pondasi yang kurang baik, maka sama saja mengharapkan keajaiban. Membangun gedung 5 lantai dengan pondasi yang hanya cukup untuk 2 lantai, dapat dipastikan, bangunan tersebut akan miring, ambruk, tidak kuat. Mengharapkan kepercayaan masyarakat untuk dipilih menjadi anggota DPR, DPD atau yang lainya, sementara pondasi individu yang bersangkutan tidak baik, maka kita hanya memilih orang-orang yang akan mencurangi kita nantinya. Dengan segala cara, terlena dengan fasilitas, dengan banyaknya janji, maka dengan berdalih ketidakmungkinan yang dia ciptakan, wus! Abrakadabra! Jadilah dia penipu.

Apakah pondasi dapat dilihat? Ya, pondasi dapat dilihat. Pondasi keilmuan dapat dilihat dari bangunan pengetahuannya (structure of knowledge), pondasi keagamaan dapat diihat dari keikhlasannya, kecintaannya terhadap Allah, kekhusuannya dalam beribadah, ghirah beragama yang kuat, sholat yang tepat waktu dan di masjid, sholat nawafil, interaksinya dengan orang lain, dan lain-lain.

Apakah pondasi dapat dibentuk? Ya, seluruh pondasi dapat dibentuk. Pondasi ekonomi adalah kejujuran, bukan tipuan. Pondasi politik adalah menjadi hamba rakyat, bukan hakim rakyat, siap melayani bukan dilayani, siap memberi bukan mencari.

Seberapa besar pondasi dibutuhkan? Pondasi dibutuhkan sesuai dengan tingkatan yang dibutuhkan. Ketika naik jabatan seseorang, maka seluruh pondasinya harus diperkuat, seluruh simpul harus mengakar kuat, karena semakin tinggi, maka hantaman godaan akan semakin kuat.

Kapan pondasi dapat dibentuk? Sejak kecil dan sejak kita menyadari bahwa kita tidak hidup sendiri, sejak kita sadar bahwa kita nanti dipanggil dengan mempertanggungjawabkan amal perbuatan kita sendiri-sendiri.

Bagaimana jika pondasi kita akali? Petir dan makian rakyat lebih baik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar