Selasa, 23 Desember 2008

Guru Hanya Satu Kali Salah

Ketika semua orang bangga akan profesinya, sehingga hampir seluruh profesi memiliki kesatuan dan persatuan untuk saling membanggakan. Tidak ada lagi kerendahan hati untuk memberikan kesempatan kepada yang lain, atau mau duduk sama tinggi untuk membahas suatu masalah dengan sama-sama terbuka.

Di tengah semakin terkotaknya kita dengan kesibukan dan keahlian kita, seharusnya kita makin membuka diri kepada orang lain untuk berpendapat, bukan malah mengarahkan seluruh tatapan mata kita dengan curiga akan pendapat pihak lain. Ya, kita tidak boleh semakin terbenam dengan kesombongan yang kita ciptakan sendiri.

Seorang dokter akan sangat bangga dengan profesinya, banyak memberikan kontribusi kepada orang lain, dan tidak ada satu profesi pun dapat dipanggil dengan profesi yang ia geluti, kecuali dokter. Dokter akan dipanggil Dokter Budi atau Dokter Rita, atau kalau mau sederhananya, Dok!

Seorang arsitek, tidak mungkin dipanggil Arsitek anu, atau Arsitek saja, atau apa saja yang mendekati profesi pengembang arsitektur. Seorang polisi saja, sulit kita banggakan untuk kita panggil Polisi, paling tinggi bentuk penghormatan kepada polisi, kita panggil Pak Polisi, gak mungkin Polisi Budi.

Seorang teman dengan profesi pengacara berpendapat, bahwa orang-orang yang bergerak dibidang hukumlah yang banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat, karena dengan payung hukum seluruh proses kehidupan dapat dijalankan sesuai dengan rambu-rambu. Negara bisa berdiri karena ada hukum, kita dijalan bisa aman karena ada hukum, orang bisa melakukan transaksi untuk berjualan atau bisnis, karena ada payung hukum. Kalau tidak ada hukum maka semuanya akan berantakan.

Saya membantah, saya katakan kepadanya, bahwa orang hukum kadang-kadang bikin hukum malah gak jelas, dengan pengetahuan hukumnya, dia bisa putar balikkan fakta, sehingga yang salah bisa jadi kelihatan benar di mata hukum, yang benar bisa manjadi salah dimata hukum. Ini kerjaan orang yang mengerti tentang hukum, gak mungkin orang yang tidak mengerti hukum bisa memutarbalikkan fakta hukum. Berapa banyak kasus yang ada, yang secara kasat mata, kita lihat melanggar hukum, tapi kenyataannya, mereka bebas. Orang hukum sering membuat kesalahan, dan orang hukum gak bisa dipegang.

Teman lain dari kalangan pebisnis punya pendapat lain, katanya, bisnisnya yang membuat dunia ini maju. Karena tanpa adanya bisnis, dunia ini tidak akan berubah, semuanya tidak menarik, semuanya serba diam. Sesuatu bisa menjadi cerah dan bergairah karena adanya bisnis. Sampai-sampai, hukum saja sudah merambah ke bidang bisnis.

Saya berusaha membantah sekali lagi. Bisnis tidak sepenuhnya merubah dunia. Karena bisnis juga terjadi karena banyak faktor pendukung, jadi bisnis tidak bisa mengaku sebagai perubah dunia sendiri. Apalagi, banyak orang celaka gara-gara bisnis, jadi bisnis sering melakukan kesalahan, bisnis itu kejam, tidak kenal saudara.

Dua orang tersebut merasa terpojokkan, sekarang mereka mulai sedikit emosi, dengan tekanan yang kentara kesalnya, mereka bertanya, “jadi profesi apa yang bisa merubah dunia?”

Dengan ringan saya menjawab, “guru”

“Apa hebatnya profesi guru?, toh, Cuma ngajar, gak ada orang yang bangga menjadi guru, malah kehidupannya terbilang melarat, itu juga kalau gak mau kita bilang sekarat!”

“Semua orang membutuhkan guru jika ingin berubah, kamu berdua bisa jadi seperti yang kamu inginkan karena sekolah, di sekolah yang memegang peranan penting adalah guru, guru adalah agent of change. Sejak dahulu kala, sebelum semua profesi berkembang, mereka membutuhkan guru, mereka belajar dan diajar oleh guru. Tidak mungkin seorang dokter bisa pintar kalau tidak sekolah. Coba kamu berdua gak usah sekolah dari kecil, Gak bakal seperti ini!”

Dengan sedikit meluruskan kaki yang sudah pegel, kemudian saya berdiri. “Lagi pula, guru salahnya Cuma satu kali, gak pernah berkali-kali kayak profesi yang lain”

“Guru salahnya cuma satu kali?”

“Ya, waktu dia menyatakan dirinya mau jadi guru”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar